admin
Dapat bantuan dari FAO dan Australia.
Merespon wabah Penyakit Kulit Berbenjol [Lumpy Skin Disease-LSD] dan Penyakit Mulut dan Kuku [PMK] yang melanda ternak di Indonesia, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa [FAO] dan Pemerintah Australia berkolaborasi untuk mendukung pemerintah Indonesia untuk menghentikan dan mengendalikan penyebaran penyakit ternak berdampak ekonomi tinggi ini.
Dengan kontribusi Pemerintah Australia sebesar AUD 1,200,000 [USD 792,000 atau sekitar 12 milyar rupiah], FAO bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia. Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas para petugas kesehatan hewan di lapangan dan para peternak untuk membantu mencegah dan mengendalikan wabah LSD dan PMK. Selain itu, pemerintah juga memperkuat komunikasi risiko kepada target kelompok-kelompok peternak yang ternaknya berisiko tinggi untuk tertular penyakit tersebut.
“Warga Australia memiliki sejarah yang membanggakan untuk membantu tetangga dekat kami, dan kami sangat senang untuk membantu menghentikan penyebaran lebih lanjut penyakit kaki dan mulut [PMK] dan LSD di wilayah ini. Upaya ini membutuhkan sumber daya yang signifikan, keahlian teknis dan kolaborasi, dan kami akan terus bekerja sama untuk saling mendukung dan berbagi pengetahuan,” ujar Murray Watt, Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia yang dilansir dari keterangan pers FAO.
“Kami berharap dengan dukungan tambahan dari Australia ini, melalui rekan-rekan kami di FAO, dapat membantu mengurangi dampak negatif penyakit ini terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian peternak Indonesia, sekaligus melindungi industri peternakan di negara lain, termasuk Australia," tambahnya.
Baca Juga: Pemda Sukabumi Sahkan Perda Pengelolaan Perikanan Darat Berkelanjutan
Sangat menular, fatal, dan merugikan
Meski tak mengancam kesehatan manusia, LSD dan PMK adalah penyakit virus yang sangat menular. LSD dan PMK menyerang sapi dan hewan ternak lainnya. Lebih dari 600.000 hewan di Indonesia telah terinfeksi PMK dan lebih dari 11.000 telah mati mengenaskan. Peternak terpaksa memotong 15.000 ternak lainnya. Indonesia telah bebas dari PMK selama lebih dari 30 tahun. Tetapi pada September 2022, pemerintah melaporkan bahwa wabah PMK telah terdeteksi di 24 dari 34 Provinsi. Sejak itu, tiga provinsi lainnya telah tertular. Sementara itu, LSD telah menginfeksi lebih dari 22.000 hewan di 13 provinsi di Indonesia, seiring dengan berlanjutnya wabah.
Potensi kerugian ekonomi setiap tahun akibat wabah PMK bisa mencapai 1 triliun Rupiah. Hal ini cukup buruk bagi perekonomian negara secara keseluruhan, dan menghancurkan perekonomian peternak dan keluarganya.
"Peternakan adalah komponen penting dari banyak ekonomi pedesaan, menyediakan makanan, pendapatan, dan mata pencaharian bagi jutaan orang di seluruh dunia. Mengontrol dan memberantas penyakit seperti PMK dan LSD sangat penting untuk melindungi mata pencaharian ini dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat pedesaan," kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste.
“FAO berkomitmen penuh untuk mendukung negara-negara anggota kami dalam mencapai tujuan ini,” sambungnya lagi.
Dukungan dari pemerintah Australia terhadap penanganan PMK dan LSD ini dinamai “Mengurangi Dampak Wabah Penyakit Mulut dan Kuku [PMK] dan Penyakit Kulit Berbenjol [LSD] dan Membangun Kapasitas Respon Terhadap Wabah Ini di Indonesia” dan dilaksanakan selama periode satu tahun. [][Rommy Rimbarawa/KK/FAO]
Belum ada komentar !