Mon, 20 May 2024

Sains, 31 Jan 2024 09:57 - 3 bulan yang lalu

10 Racun Alami di Sekitar Kita

  • Zola

admin

0 suka
24 dilihat
0 komentar
Sains
image
ilustrasi racun alami - KedaiKata |canva.com

Racun alami ditemukan di berbagai tempat di sekitar kita dan seringkali kita tidak menyadari keberadaannya. Apa saja dan bagaimana mengenalinya?

 

Di sekitar kita, terdapat beberapa bahan beracun yang berbahaya bagi kesehatan. Meskipun beberapa racun ini hadir dalam jumlah yang relatif aman, penting untuk mengetahui potensi bahayanya, terutama jika terpapar dalam jumlah besar atau dalam kondisi tertentu. Berikut adalah daftar 10 racun alami yang sering tidak kita sadari keberadaannya di lingkungan sekitar:

 

1. Ricin

Ditemukan dalam biji kastor, ricin adalah salah satu racun alami paling kuat. Meskipun biji kastor digunakan dalam banyak produk, ricin di dalamnya harus dihilangkan dengan hati-hati karena sangat beracun. Ricin adalah protein yang sangat toksik dan dapat menyebabkan kematian jika terhirup, tertelan, atau disuntikkan, bahkan dalam jumlah kecil. Racun ini bekerja dengan mengganggu proses sintesis protein dalam sel, yang dapat menyebabkan kematian sel. Gejala keracunan ricin termasuk kesulitan bernapas, demam, batuk, mual, dan kegagalan organ.

 

2. Solanin

Solanin adalah zat kimia yang ditemukan dalam kentang hijau atau yang terpapar sinar matahari. Konsumsi kentang dengan kadar solanin tinggi dapat menyebabkan keracunan. Solanin adalah alkaloid yang ditemukan di tanaman keluarga Solanaceae, terutama di kentang hijau atau terpapar sinar matahari. Konsumsi solanin dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mual, diare, dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan kejang dan kematian karena solanin mengganggu fungsi neurotransmiter.

 

3. Cyanogen

ilustrasi racun alami - KedaiKata 3.jpg
ilustrasi biji apel - KedaiKata | canva.com

Senyawa ini ditemukan dalam biji apel, peach, dan aprikot. Meskipun dalam jumlah kecil tidak berbahaya, konsumsi dalam jumlah besar dapat melepaskan sianida. Cyanogen dalam biji apel, peach, dan aprikot, dalam kondisi tertentu, dapat menghasilkan sianida, yang menghambat enzim sitokrom C oksidase dalam mitokondria sel. Ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, dan dalam dosis tinggi, menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.

 

4. Tetrodotoxin

ilustrasi racun alami - KedaiKata 4.jpg
ilustrasi ikan buntal - KedaiKata | canva.com

Racun ini terdapat dalam ikan buntal dan merupakan salah satu racun paling mematikan. Hanya chef terlatih yang dapat menyiapkan ikan buntal agar aman untuk dikonsumsi. Tetrodotoxin [TTX] adalah neurotoksin yang ditemukan di beberapa spesies ikan buntal. TTX menghambat saluran natrium voltase-gated, menghalangi impuls saraf, yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kegagalan pernapasan. Tak ada penawar yang diketahui, sehingga penanganan dan persiapan oleh chef terlatih sangat penting.

 

5. Aflatoxin

Aflatoxin dihasilkan jamur yang tumbuh di kacang-kacangan dan biji-bijian, terutama selama penyimpanan yang tidak tepat. Aflatoxin dapat menyebabkan keracunan dan masalah kesehatan jangka panjang. Aflatoxin adalah karsinogen yang kuat yang dihasilkan jamur Aspergillus, sering ditemukan di kacang, biji-bijian, dan kacang tanah yang disimpan dalam kondisi lembap. Aflatoxin dapat menyebabkan kerusakan hati dan berkontribusi pada pengembangan kanker hati jika dikonsumsi dalam dosis tinggi atau secara kronis.

Baca Juga: Eco Enzim: Ramah Lingkungan dan Multifungsi

 

6. Paralytic Shellfish Poison [PSP]

PSP adalah racun yang ditemukan dalam kerang-kerangan seperti tiram, kerang, dan scallop yang terkontaminasi alga beracun. Konsumsi kerang-kerangan terkontaminasi dapat menyebabkan keracunan paralitik yang serius. PSP adalah racun neurotoksik yang dihasilkan dinoflagellata tertentu dan bisa terakumulasi di kerang-kerangan. Ini menghambat saluran natrium, menyebabkan kelumpuhan otot dan dalam kasus yang serius, kegagalan pernapasan.

7. Toksoplasma

ilustrasi racun alami - KedaiKata 5.jpg
ilustrasi toxoplasma - KedaiKata | canva.com

Parasit ini ditemukan dalam kotoran kucing dan dapat menyebabkan toksoplasmosis, terutama berbahaya bagi wanita hamil dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Toksoplasmosis, disebabkan parasit Toxoplasma gondii, umumnya tidak menunjukkan gejala pada orang dewasa sehat tetapi bisa serius bagi individu dengan sistem kekebalan yang lemah dan wanita hamil, berpotensi menyebabkan kerusakan otak pada bayi yang belum lahir.


8. Arsenik

Meskipun umumnya dikenal sebagai racun industri, arsenik juga bisa ditemukan secara alami dalam air tanah di beberapa area, menimbulkan risiko bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak aman. Arsenik alami dalam air tanah, terutama di beberapa wilayah di Asia dan Amerika Selatan, dapat menyebabkan keracunan kronis, yang dikenal sebagai arsenikosis. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan kanker kulit, kandung kemih, dan paru-paru, serta penyakit kulit dan masalah kardiovaskular.

 

9. Belladonna

ilustrasi racun alami - KedaiKata 2.jpg
ilustrasi belladona - KedaiKata | canva.com

Dikenal juga sebagai “Deadly Nightshade”, belladonna adalah tanaman beracun yang mengandung alkaloid berbahaya seperti atropine dan scopolamine. Keduanya bertindak sebagai antikolinergik. Konsumsi belladonna dapat menyebabkan penglihatan kabur, detak jantung cepat, halusinasi, kejang, dan bahkan kematian karena paralisis sistem saraf.

10. Uratoksina

Uratoksina ditemukan dalam urin tikus dan hewan pengerat lainnya. Ketika kering, uratoksina dapat menjadi debu dan jika terhirup dapat menyebabkan penyakit paru-paru serius seperti Hantavirus Pulmonary Syndrome. Penyakit ini ditandai dengan demam, batuk, dan kesulitan bernapas, dan bisa mematikan.

 

Kesadaran akan keberadaan dan potensi bahaya dari racun-racun alami ini sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kita. Mengambil langkah pencegahan seperti memasak makanan dengan benar, menyimpan makanan dengan tepat, dan menjaga kebersihan lingkungan adalah beberapa cara untuk mengurangi risiko terpapar racun alami ini. [][Rommy Rimbarawa/KK]


*penulisan artikel ini dibantu riset ChatGPT 4

 

Komentar

Belum ada komentar !

Kirim Komentar

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu