admin
"Alone we can do so little; together we can do so much."
[Sendirian kita bisa melakukan begitu sedikit; bersama-sama kita bisa melakukan begitu banyak.]
~ Helen Keller [penulis dan aktivis disabilitas]
HARI MASIH PAGI. Matahari belum sepenuhnya beranjak dari peraduannya. Pagi itu, Sabtu terakhir menjelang pergantian tahun 2024, Elis Siti Khodijah [45] baru saja tiba di pelataran Masjid Raya al-Jabbar [MRAJ]. Dengan kursi roda dan rekan yang membantunya, penyandang disabilitas ini jadi lebih mudah bergerak.
"Saya tinggal di Ujungberung. Ke sini diantar ojek online sampai dapat pinjaman kursi roda ini," ujarnya sambil tersenyum. Elis membetulkan letak kacamatanya, sembari memeriksa kamera kecil yang ia gunakan untuk merekam peristiwa hari itu. Kami menemuinya, saat ia sedang bersiap mengikuti Kirab Merah Putih yang digelar relawan dari Komunitas Nuswantara Muda [NM], inisiator sekaligus pelaksana program Disability Fun Fair #3, pagi itu.
Elis adalah salah satu penggagas BILiC [Bandung Independent Living Center], sebuah komunitas yang menaungi penyandang difabel yang anggotanya banyak tersebar di berbagai daerah. Di pelataran MRAJ, Elis bertemu Yesi Endah Sundasari, penyandang paraplegia dari Garut yang juga menggunakan kursi roda. Bersama beberapa teman difabel dari berbagai penjuru daerah di Jawa Barat, Elis dan Yesi langsung menempati barisan terdepan bersama Cinta Clara, siswi kelas XI SMAN 1 Subang, yang jadi komandan kirab.
Ada sekitar 40 teman-teman penyandang disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas mental, disabilitas sensorik, dan disabilitas ganda yang mengikuti kegiatan kirab di sisi jalan sebelah Utara MRAJ. Mereka ada yang berjalan beringsut-ingsut, dituntun pendamping, dan digendong ibunya. Para peserta kirab ini datang dari berbagai komunitas: BILIC, Bumi Difabel Istimewa, Biruku Indonesia, DILANS, SLB, ITMI, Sehat Sehati, dan DS Public Speaking Center.
Acara kemudian dilanjut dengan pembukaan kegiatan di ruang utama MRAJ. Kepada hadirin, Dhiyaulhaq Alfiyyah Eka Amdarsyah, S.Sos melaporkan persiapan kegiatan. Alfi, begitu Ketua Pelaksana DFF#3 ini biasa dipanggil, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan menghaturkan permohonan maaf jika dalam pelaksanaan kegiatan, masih terdapat beberapa kekurangan.
Sementara itu, Komunitas NM yang diwakili, dr. Ahmad Nurhadi menjelaskan bahwa kegiatan DFF sebelumnya telah dilaksanakan sejak tahun 2022 di Garut dan di Indramayu. DocMad—dokter yang biasa berdinas di Klinik Kepolisian Daerah Jawa Barat ini biasa disapa—memaparkan bahwa DFF adalah kegiatan kolegial yang melibatkan lima unsur pentahelix: pemerintah, akedemik, bisnis, komunitas/masyarakat, dan media.
Mewakili PJ Gubernur Jabar, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Irvan Alamsyah, S.IP secara resmi membuka kegiatan. Dalam sambutannya, Irvan menyebut bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat. khususnya Dinas Sosial, memberi perhatian spesial kepada kegiatan yang melibatkan teman-teman disabilitas.
Sesi kemudian dilanjutkan dengan bedah buku bertajuk Biarkan Semesta Melukis Kisahku, karya penyandang disabiltas Rahmat Hidayat. Kang Rahmat, begitu perancang busana ini biasa disapa, menjelaskan tentang kegiatan yang dapat dilakukan meski memiliki keterbatasan. "Yang penting," kata Kang Rahmat, "kita kaum disabilitas ini tak putus asa dan terus bersemangat untuk berkarya," sebutnya.
Setelah waktu salat Zhuhur dan makan siang, sesi berlanjut dengan Pelatihan Public Speaking for Kids yang dibawakan Fadila Rahmatunnisa dari DS Public Speaking. Miss Dira, panggilan akrab Fadila, menjelaskan bahwa public speaking adalah seni dan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang, apapun kondisinya. Anak-anak dan peserta disabilitas yang mengikuti kegiatan tersebut tampak gembira, sembari menjajal kemampuan mereka untuk tampil dan bicara di depan umum.
Baca Juga: Kemayoran Command Center Resmi Dibuka
Sesi kemudian berlanjut dengan materi leadership dari Farhan Helmy, Presiden Dilans [Disabilitas dan Lanjut Usia] Indonesia. Dilans adalah sebuah gerakan yang dideklarasikan di Bandung pada 3 Desember 2021 bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional. Farhan yang mendapat musibah kecelakaan pada 2016 dan membuatnya menjadi difabel paraplegia menjelaskan bahwa menjadi penyandang disabilitas bukan berarti harus selalu meminta belas kasihan dari sekitar. Lebih dari itu, para difabel harus berani untuk bangkit, menerima kondisi keterbatasan diri dan memanfaatkan potensi untuk tetap berkontribusi seperti masyarakat umum lainnya.
Di sesi terakhir, Yesi Endah Sundasari mengisi materi kreativitas. Yesi Kukebi, begitu ia lebih dikenal, adalah anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia [HWDI] yang aktif bergiat lewat kegiatan bisnis kuliner yang digelutinya. Di Pekan Paralimpik Nasional XVII di Solo pada Oktober 2024, Yesi pun menorehkan prestasi dengan meraih medali perak dan medali perunggu lewat cabang olahraga tenis meja mewakili Jawa Barat.
Kegiatan DFF#3 dipungkasi dengan tur masuk ke Museum Rasulullah, yang merupakan bagian dari MRAJ. Para peserta kegiatan terlihat antusias dan menikmati suguhan informasi menarik tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW dan perkembangan Islam dari Jazirah Arab sampai ke Indonesia.
Sebagai penutup, panitia menggelar pemotongan tumpeng, tanda berakhirnya kegiatan, diiringi doa agar acara dari, oleh, dan untuk para disabilitas ini tak berakhir hanya sampai di sini, melainkan dapat terus berkembang dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas lagi. [][Rommy Rimbarawa/PR/JNM/KK]
Belum ada komentar !