Thu, 21 Nov 2024

Dari Redaksi, 28 Mar 2023 15:28 - 1 tahun yang lalu

Media Massa yang Kian Surup dan Tsunami Informasi yang Belum Akan Surut

  • Zola

admin

0 suka
129 dilihat
0 komentar
Dari Redaksi
image
ilustrasi pekerja media massa | freepik.com/freepik

Seperti pernah saya bahas sebelumnya di tulisan ini, bahwa kita tengah masuk ke waktu senjakala media massa. Tentu saja ada banyak penyebabnya. Apakah kita salah satunya?

 

Terus terang saya gatal dengan kondisi seperti ini. Mohon dimaklumi, disiplin ilmu saya dari Jurnalistik, sehingga tak pelak, kehidupan saya termasuk yang terganggu dengan keadaan seperti saat ini. Lihat saja, minat baca tergeser dengan kegemaran menonton video pendek, konten receh, dan kepercayaan terhadap banyak hal, terutama kepada media massa sebagai penyedia informasi, kian merosot.

 

Lewat bantuan ChatGPT, saya mencoba mengumpulkan sejumlah alasan, tentang ‘penyakit kanker’ media massa di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa permasalahannya:

 

1. Ketergantungan kepada iklan dan sponsor: Media massa seringkali tergantung kepada iklan dan sponsor untuk membiayai operasional mereka. Hal ini tentu saja dapat memengaruhi independensi media dalam memilih, menyusun, dan menyajikan berita.

 

2. Terjadi konflik kepentingan: Beberapa media massa di Indonesia terkadang terlibat dalam konflik kepentingan, seperti terkait dengan pemilik media yang memiliki kepentingan bisnis atau politik.

 

3. Kurangnya pluralitas media: Meski jumlah media massa di Indonesia cukup banyak, namun beberapa perusahaan media besar memiliki kendali yang tinggi atas pasar media. Hal ini dapat mengurangi pluralitas dalam industri media.

 

4. Keterbatasan akses informasi: Terdapat kendala dalam mengakses informasi, terutama di daerah terpencil dan untuk topik yang sensitif. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas jurnalisme di Indonesia.

 

5. Tindakan intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis: Wartawan seringkali mengalami intimidasi, kekerasan fisik, dan ancaman dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Hal ini menghambat kebebasan pers dan memengaruhi kualitas berita yang dihasilkan.

 

6. Kurangnya kualitas jurnalisme: Terdapat media massa yang masih belum menjaga integritas dan kualitas jurnalisme mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap media massa.

 

7. Perbedaan standar etika jurnalistik: Beberapa media massa masih menggunakan standar etika jurnalistik yang berbeda-beda, yang dapat membingungkan masyarakat dan mempengaruhi kepercayaan terhadap media massa.

 

8. Ketidakadilan dalam pemberitaan: Terdapat ketidakadilan dalam pemberitaan di media massa Indonesia, terutama terkait dengan isu-isu yang berkaitan dengan minoritas, kelompok marginal, dan isu-isu sosial yang sensitif. Hal ini dapat memperburuk situasi dan menciptakan perpecahan di masyarakat.

 

 

Kedelapan alasan itu terbilang berat untuk diselesaikan sendiri oleh media massa, terutama saat nafas sudah tinggal di kerongkongan seperti saat ini.

 

Baca Juga: Catatan Awal Tahun 2023: Jurnalisme Kian di Ujung Tanduk

 

Selain ‘penyakit kanker’ itu, fenomena tsunami informasi berkat hingar bingar media sosial pun, menjadi pemicu bergesernya kepercayaan masyarakat kepada media massa. Keadaan ini memperparah nasib media massa.

 

Dibantu ChatGPT lagi, saya merangkum beberapa hal yang dapat dilakukan di era tsunami informasi, agar tak memenuhi udara dengan sampah-sampah digital:

 

1. Kritis dan selektif dalam mengonsumsi informasi: Sebagai konsumen informasi, kita harus bijak dan selektif dalam memilih dan mengevaluasi sumber informasi yang kita konsumsi. Kita harus memeriksa kebenaran informasi dan sumbernya sebelum membagikan informasi tersebut.

 

2. Meningkatkan literasi digital: Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan teknologi digital secara efektif dan bertanggungjawab. Kita harus meningkatkan literasi digital kita agar dapat memilah dan memilih informasi yang benar dan terpercaya.

 

3. Meningkatkan keterampilan kritis dan analitis: Keterampilan kritis dan analitis sangat penting dalam era banjir informasi. Kita harus dapat mengevaluasi informasi dengan objektif dan mempertanyakan kebenaran informasi yang kita terima.

 

4. Menggunakan sumber informasi yang terpercaya: Menggunakan sumber informasi yang terpercaya seperti media massa resmi, situs laman pemerintah, dan sumber informasi yang memiliki reputasi baik dapat membantu kita memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya.

 

5. Berpartisipasi aktif dalam memerangi informasi palsu: Kita dapat membantu memerangi informasi palsu dengan menginformasikan orang lain tentang cara memeriksa kebenaran informasi dan dengan melaporkan informasi palsu kepada pihak berwenang.

 

6. Menghindari terlalu banyak mengonsumsi informasi: Terlalu banyak mengonsumsi informasi dapat memengaruhi kesehatan mental kita. Kita harus membatasi waktu kita dalam mengonsumsi informasi dan mengambil waktu untuk istirahat dan relaksasi.

 

7. Membangun jaringan sosial yang sehat: Membangun jaringan sosial yang sehat dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan dukungan dapat membantu kita dalam mengatasi dampak negatif dari banjir informasi.

 

Saya perkirakan, keadaan seperti ini belum akan selesai dalam waktu singkat. Oleh karena itu, seyogyanya, semua kita mengaktifkan diri untuk membenahi kondisi, dengan kapasitas dan porsi yang kita miliki.

 

Saya masih akan terus menuliskan semua hal yang berhubungan dengan media, karena ini adalah cara saya untuk ikut andil memperbaiki kehidupan kita. Jika saya bisa, Anda tentu juga. []

 

Salaam,

@hagihagoromo

Komentar

Belum ada komentar !

Kirim Komentar

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu