admin
Lelaki berjas lengkap itu terlihat begitu sumringah. Senyumnya terus mengembang, saat menemui tetamu yang hadir di hajatan besar pagi itu. Pasalnya, hari itu digelar grand launching Rumah Sakit Ibu dan Anak [RSIA] Parahyangan di Kota Baru Parahyangan [KBP], di akhir Februari silam. Prof. Dr. dr. Johanes Cornelius Mose, SpOG.,K-FM, sang lelaki itu, adalah Direktur Utama rumahsakit berkonsep boutique hospital yang mengusung tagline beauty, personal, comfort, dan easy ini.
Prof Mose, begitu ia biasa dipanggil, tampak mempersilakan tetamu untuk mengambil tempat duduk dan menikmati suguhan acara. Ia mengisyaratkan, agar KedaiKata menanti, hingga di penghujung acara. Dan saat perhelatan usai, dan ia selesai mengantarkan tamu terakhir masuk ke mobil mereka, Prof Mose segera menghampiri kami untuk mengikut podcast di Beautylatory. Berikut ini petikan obrolan dokter spesialis obgyn itu dengan Redaktur Pelaksana Achmad Jaelani.
Selamat atas peresmian RSIA Parahyangan, Prof. Setelah grand launching, apa yang akan dilakukan manajemen RSIA Parahyangan dalam meneruskan journey-nya?
Baik, terimakasih. Grand launching hari ini merupakan tahap akhir dari mimpi kami. Sebuah pekerjaan besar mewujudkan mimpi, dan Alhamdulillah, kita sampai juga ke titik ini. Tapi sebenarnya, ini bukan akhir mimpi, karena kita baru saja memulai.
Justru memulai pekerjaan sekarang ini ya.
Tentu saja mimpi kami itu adalah menjadikan rumahsakit ini pilihan bagi ibu-ibu hamil ya. Sebenarnya, ibu hamil itu nggak sakit ya. Mereka sehat-sehat saja. Tapi karena takdirnya sebagai ibu harus meneruskan keturunan, jadi mereka harus melewati masa kehamilan. Banyak juga yang ingin menghindari peristiwa itu [kehamilan]. Padahal, itu adalah peristiwa besar yang merupakan rahmat buat para ibu.
Anugerah ya Prof..
Ya, karena ditunjuk oleh Yang Maha Kuasa untuk meneruskan keturunan, mengisi
silsilah ya. Generasi berikutnya ada di tangan si ibu ini, sehingga kadang-kadang ibu harus berkorban dengan dianggap jelek, dan berubah semuanya.
Tetapi itu mitos. Kita harus mengubah pemahaman itu. Bahwa saat hamil, seorang wanita tidak harus menjadi jelek. Dia harus tetap cantik, atau malah lebih cantik dari sebelumnya. Mereka malah harus mensyukuri, karena mereka mempunyai hak untuk meneruskan keturunan, melahirkan generasi yang baik. Nah, itu yang membuatnya harus punya semangat. Keyakinan itulah yang menjadi konsep dan semangat rumahsakit ini.
Ya Prof. Ada pemahaman yang menganggap setelah melahirkan, seorang wanita akan menjadi buruk atau jelek. Sampai ada istilahnya, mohon maaf Prof, turun mesin..
Nggak boleh tuh ada istilah itu. Siapa bilang istri [setelah melahirkan] turun mesin? Dia mendapat sesuatu yang baru. Nah itu yang harus direncanakan.
Kehamilan itu harus direncanakan dengan baik, gizi yang baik, dan tentu saja, penampilannya harus baik. Setelah berdoa dan melaksanakan tugasnya melahirkan, dia harus tetap tampil baik, malah lebih baik lagi. Oleh sebab itulah rumahsakit kami ini bersatu bersama dengan mitra kami, yaitu Beautylatory, yang akan menjamin kecantikan ibu yang sedang hamil dan melahirkan.
Bagaimana perjalanan selanjutnya, Prof?
Tentu saja kita berkembang bersama. Apalagi Beautylatory adalah satu-satunya di Bandung, dan satu-satunya di Jawa Barat. Ini menjadi keunggulan atau nilai tambah dari rumahsakit kami, karena bermitra dengan Beautylatory yang memiliki kekhususan bagi ibu hamil, agar ibu hamil tetap tampil cantik, wangi, sesuai pilihannya sendiri. Waktu masuk sini [Beautylatory] , dia bisa memilih parfum yang diinginkan.
Bisa berkreasi sendiri ya Prof..
Ya, mereka bisa berkreasi sendiri karena di sini ada laboratorium yang bisa mengolah produk kosmetik, misalnya krim yang berasal dari ASI ibu sendiri.
Oh ya?
ASI mereka bisa dititip di sini, lalu dibuatkan krimnya. Sementara ibu masih merawat bayinya, krimnya sudah jadi dan khusus diproduksi untuk bayi itu, karena berasal dari ibunya sendiri. Prinsip rumahsakit ini adalah unparalleled, artinya tidak bisa dibandingkan. Ya, ojo dibandingke.. [tertawa]
Ojo dibandingke.. [tertawa]
Itu unparalleled and personalized service artinya pelayanannya sangat personal dan pribadi. ASI adalah obat khusus untuk bayinya sendiri.
Tentu saja kami ingin berkembang bersama ke depannya. Dan kami sangat mengharapkan para ibu dalam keluarga untuk memanfaatkan peluang ini. Ya datang ke sini, bukan hanya untuk melahirkan saja, tapi silakan datang untuk melihat dan merasakan sendiri pengalaman berada di rumah sakit yang memiliki Beautylatory. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Bandung dan tidak terlalu jauh dari bandara. Dan aksesnya mudah. Nantinya bukan saja untuk Bandung atau Jawa Barat, tetapi juga untuk orang dari luar negeri, karena para penghuni di Kota Baru Parahyangan ini juga banyak yang ekspatriat, katakanlah Korea dan Singapura, dan dari mana-mana yang terbiasa dengan soal kecantikan, dan semua yang mencakup bidang itu. Rumahsakit ini juga mengembangkan estetika, the round of aesthetic, dan menyediakan lyanan bedah estetika. Itu akan dikembangkan di rumahsakit ini. Sehingga bagi para ibu yang datang, saat keluar dari rumahsakit ini akan menjadi lebih cantik.
Prof, siapa saja yang bisa datang ke Beautylatory? Apakah bapak-bapak juga boleh datang ke sini sambil menunggu istrinya diperiksa, misalnya..
Tentu saja itu juga kami harapkan ya. Sambil istrinya diperiksa, suami-suami yang menemani juga boleh datang ke sini. Kami juga punya kafetaria di sini, namanya Kopilatory.
Oh ada kafetaria?
Ya, dan dibukanya sampai malam, sehingga anak-anak muda pun yang tidak ada hubungannya dengan melahirkan, bisa datang dan memanfaatkan fasilitas di sini. Kafetaria ini terus akan dikembangkan dan berada di samping Beautylatory.
Baca Juga: dr. Bagus Nugroho, MARS: “RSIA Parahyangan Boutique Hospital Mengutamakan Privacy dan Kecantikan”
Layanan apa saja yang bisa didapatkan pasien di RSIA Parahyangan ini?
Pertama, tentang estetika ya. Ibu yang cantik, saat datang ke rumahsakit kami, pulangnya akan lebih cantik. Itu menjadi harapan kami.
Yang kedua adalah kami mengembangkan program deteksi dini kelainan atau cacat bawaan. Teman-teman dokter maternal akan berkarya besar di sini. Dengan kemampuan USG dan peralatan mutakhir, kita dapat mendeteksi ada tidaknya kelainan dalam kandungan si ibu. Dan bukan saja melakukan deteksi diagnosis diri, melainkan juga melakukan intervensi pengobatan selama janin masih dalam kandungan. Itu yang disebut fetal therapy atau terapi janin. Jadi ada terapi janin yang baik dengan medicinal atau pemberian obat-obatan maupun operasi janin, yang akan kami tempatkan.
Maaf memotong Prof.. Tapi genetika itu sampai bisa mendeteksi calon bayi punya kelainan gitu? Itu bisa dideteksi dari awal ya Prof?
Ya, benar. Jadi sejak kehamilan delapan sampe sembilan minggu itu, kita bisa mendeteksi apakah bayinya akan baik-baik saja, atau cacat.
Cacatnya semacam apa Prof?
Yang sekarang terkenal tuh Down Syndrome [DS]. DS atau Mongolisme Trisomy 13 [TS13], Trisomy 18 [TS18] itu menjadi sasaran kami, sehingga ibu-ibu yang akan melahirkan di sini dan akan dilanjutkan kehamilannya adalah ibu-ibu yang tentu saja dijamin anaknya baik, tidak cacat. Nah di obrolan awal tadi disebutkan ada hal-hal yang mengganggu, misalnya seperti miom, dan sebagainya. Memang itu tidak membuat cacat bayinya. Dia akan sehat-sehat saja, tetapi yang berbahaya adalah ia berebut makanan dengan si miom itu.
Redaksi memang menugaskan Achmad ‘Elan’ Jaelani sebagai pewawancara Prof Mose, karena Elan punya sejarah tersendiri dengan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran [FK Unpad] itu. Dua puluh tahun lalu, Elan tengah memperjuangkan kehamilan pertama sang istri, yang menurut sejumlah dokter, akan mengalami kesulitan atau gangguan selama kehamilan. Pasalnya, ada empat miom bersarang di rahim istrinya. Setelah berkonsultasi ke sana-ke mari, dan mencari beberapa rujukan, bertemulah dengan Prof. Mose, yang kemudian menangani kehamilan istri Elan. Syukurlah kehamilan itu dapat dipertahankan. Miom yang bersarang di rahim isterinya berhasil ‘diangkat’, dan putra sulung Elan lahir dengan selamat, bahkan kini sudah kuliah.
Itu seperti yang disarankan oleh lima dokter lain ke istri saya tuh Prof..
Ya. Daripada anaknya kekurangan makanan dan gizinya dimakan oleh miom, lebih baik –maaf-- ‘dikeluarin’. Tapi itu inti pendapat masa lalu.
Ya, karena waktu itu kehamilan istri saya sudah masuk 4 minggu, sehingga dokter lain menasehati untuk segera di..
Ya.
Apalagi nanti kalo keguguran, kan katanya si ibu akan lebih menderita lagi. Sebagai ayah pemula, saya kan kaget juga waktu itu. Alhamdulillah ketemu Prof Mose. Luar biasa..
Justru itu tantangan buat dokter fetomaternal. Bukannya kita harus hands off, tetapi bagi seorang spesialis fetomaternal, itu tantangan. Itu pekerjaan dia, bagaimana dia bisa menjamin janin yang berebut makanan dengan miom ini dia yang menang, bukan si miomnya. Itu yang diusahakan. Tentunya diperhatikan juga dengan memberikan gizi yang spesifik buat janin, sehingga janin tumbuh dan mengalahkan miom-miomnya. Dan bukan saja dia bisa selamat lahir, waktunya cukup bulan, dan sehat, tapi juga berkualitas.
Betul.. [tertawa]
Itu memerlukan vitamin-vitamin untuk otaknya.
Betul, betul..
Yang harus dijaga dalam kehamilan itu, supaya anak itu bukan saja hidup sehat, tetapi juga berkualitas. Karena jaringan otaknya, jaringan pankreas, jaringan ginjal, jaringan jantung, dan jaringan paru paru terjaga oleh asupan vitamin yang tepat.
Kebayang Prof.. Sebagai orang awam, saat saya dikasih info oleh dokter bahwa nanti janin akan berebut makanan dengan miom. Mending kalo si bayinya kuat dan vitamin bisa masuk. Kalo kalah, saya khawatir anak saya buyar keluar. Untung saya ketemu Prof Mose, sehingga miom dibuat tidak terpengaruh kepada bayi yang akan dilahirkan..
Memang ada pengaruh ya. Tapi yang utama itu adalah tekad dan iman atau kepercayaan si ibu. Karena begitu dia mendapat masukan-masukan negatif, itu membuat stres. Dan kalo sampai stres, ibu itu akan mengeluarkan hormon kortisol yang akan memperngaruhi si janin, dan akan mempercepat keluarnya [janin]. Iya kan?
Iya, ya..
Biarkanlah ia berebut makanan dengan miom. Nah yang harus dijaga itu, selain nutrisi yang cukup diberikan ke ibu, adalah ibunya harus dihindarkan dari stres. Caranya dengan memberikan semangat. Saya menggunakan kalimat ini: “Ibu kan ber-Tuhan. Selain Tuhan, siapa lagi yang kita harap dan percayai?”.
Ya, betul..
Kan manusia sama saja. Saya juga manusia. Tapi begitu mengharapkan [dan percaya] kepada Tuhan, selesailah semua masalah.
Ya, betul. Tuhan sudah mengatur semua..
Betul. Jadi energi positif yang kita harus kembangkan, dan menekaan energi negatif dan stres, agar ibu bisa kuat bertahan. “Saya bisa, saya bisa, saya bisa!” Itu yang penting.
Betul, luar biasa..
Tanpa sadar, ibu itu melepas stres.
Belum ada komentar !