Sun, 24 Nov 2024

Wawancara, 17 Mar 2023 11:54 - 1 tahun yang lalu

Prof. Dr. dr. Johanes Cornelius Mose, SpOG.,K-FM: “Kami Menawarkan Unparalleled and Personalized Service.”

  • Zola

admin

0 suka
1937 dilihat
0 komentar
Wawancara
image

Saya masih ingat Prof. Waktu itu istri saya sudah ke beberapa dokter, sampai ketemu Prof, yang agak galak juga [tertawa]. Waktu itu istri saya sangat down, ketika dikabari bahwa kehamilannya lemah dan tidak akan berkembang. Setelah tanya-tanya dan kebetulan kakak saya juga sama, waktu itu anaknya yang seangkatan dengan anak saya, janinnya terlilit. Untung ketemu dengan Prof Mose, dan Alhamdulillah, selamat. Sekarang anak kakak saya lagi kuliah di FK Unpad..

Wah, luar biasa..

 

Iya [tertawa], luar biasa.. Dua puluh tahun lalu ketemu dengan Prof Mose, ah ya Alhamdulillah [tertawa]..

Iya, Alhamdulillah [tertawa]..

 

Nah Prof, saya tertarik soal DS tadi. Misalkan sejak awal DS bisa diketahui sejak dalam kandungan. Apakah yang semacam itu bisa diatasi, Prof?

Nah itu dia. Itu pertanyaan yang sangat spesifik. Jadi begini, sebagai orang yang beragama, tentu saja kita semua menyerahkan ke orangtuanya. Begitu terdiagnosis, orangtua itu yang menentukan kehamilannya mau dilanjutkan atau tidak. Bagi orangtua atau pasangan yang belum punya anak, mereka merasa itu adalah pemberian Tuhan, sehingga mereka menerima apa pun itu. Apalagi seorang ibu. Dia akan menganggap apa pun itu, dia anak saya.

 

Betul..

Dan itu kebanggaan saya, karena saya bisa melahirkan seorang anak dari kandungan saya. Itu kebanggaan. Jadi di sini seorang dokter tidak boleh melakukan intervensi mengatakan, “Oh digugurin saja.” Itu nggak boleh.

 

Iya, ya..

[Keputusan] Harus diserahkan ke orangtuanya. Pada umumnya, keluarga yang sudah punya satu anak DS, dia nggak ingin anak kedua kena DS lagi. Itu jadi dilema. Biasanya, saat itu, mereka akan memilih terminasi. Sebab itulah kita harus menyerahkan keputusan kepada kedua orangtua sesuai iman dan kepercayaan mereka. Mau diteminasi atau mau dilanjutkan, itulah dilemanya. sampai saat ini belum ada intrauterine yang bisa memperbaiki DS, karena itu kelainan genetik.

 

Walaupun ada rekayasa genetik, jadi kita memasukan gen yang kurang itu ditempatkan di janin, supaya memproduksi protein yang dihasilkan salah akibat Trisomy, itu masih sedang perkembangan, arah stem cell, tapi belum terjamin. Jadi intinya adalah perawatan post natal. Setelah anak DS lahir, maka gizi yang diberikan adalah protein-protein yang kurang, agar ia mempunyai IQ yang cukup tinggi, dan ia bisa melewati masa kanak-kanak dan dewasa mudanya dengan baik.

 

Mau tidak mau, anak itu anugerah, titipan, gitu kan?

Ya. Apapun kondisinya, sebagai orangtua, tidak bisa memilih kan? Hanya bisa menjamin begitu kan, dan sering kali kita dengar ada anak DS punya pretasi kan?

 

Juga harus kuat, betul-betul..

Dan mohon maaf, banyak dokter yang ikut-ikutanlah yang di luar negeri. Begitu [ada kasus] DS, di-terminasi. Kalo tidak bisa terminasi, sini datang ke Singapura, langsung di-terminasi. Karena memang legal buat DS di-terminasi. Sementara kita di sini istilahnya lebih banyak pasrah, ikhlas, dan ya sangat religius untuk menerima keadaan itu ya..

 

Ya mau tidak mau, kan ya titipan. Dan pasti Tuhan punya rencana yang terbaik lah. Mungkin pasangan suami istri itu menyikapinya begitu ya..

Betul sekali.

 

Tapi minimal, ketika dokter sudah mengetahui bahwa ini misalkan bisa jadi DS, sebagai orangtua harus mempersiapkan diri, memperbaiki bekal mental, juga hal yang lainnya ya Prof..

Ya.

 

Nah, berarti Prof, misalkan ada ibu hamil dengan kasus seperti itu, mungkin tidak perlu ke luar negeri ya..

Oh iya. Di RSIA sini saja, karena kami bisa melayani.

 

Prof, saya dengar, di sini punya slogan One Room One Bed ya? Bisa dijelaskankah Prof?

Itu terkait dengan motto pelayanan kami, unparallead and personalized service. Personal service artinya layanan secara personal. Nah layanan itu bukan saja ditangani secara pribadi, tapi juga dilayani. Jadi, satu kamar itu untuk satu ibu. Kami punya 25 kamar di RSIA ini. Jadi, 25 kamar dengan masing-masing 1 tempat tidur, dan ada lima tempat melahirkan. Artinya, kami bisa melayani lima ibu melahirkan dalam waktu bersamaan, hanya satu kamar tidur di kamar bersalin, dan satu kamar tidur di kamar perawatan. Dan itu yang kami maksudkan dengan personalized service. Jadi dilayani secara pribadi. Kelas 3 di sini pun diisi hanya satu tempat tidur.

 

Tetap satu tempat tidur?

Ya, walau namanya Kelas 3, tapi tetap satu tempat tidur.

 

Yah, sering mendengar pasien sebelah berkeluh kesah, bisa jadi berpengaruh terhadap ibu yang lainnya ya?

Iya, betul.

 

Kalo di sini, berarti bisa ditemani keluarga ya Prof?

Ya. Sangat bisa.

Apalagi yang bisa dilakukan di RSIA ini, Prof? Selain pasien dan pengunjung bisa mampir ke Beautylatory untuk mengetahui seluk beluk kosmetik ibu hamil, apakah juga bisa konsultasi ke dokter medisnya?

Ya betul sekali. Jadi seperti biasa, kami mempunyai tempat konsultasi di poliklinik. Kami punya beberapa dokter spesialis yang khusus melayani di poliklinik untuk konsultasi. Dan kalau pengunjung masuk ke rumahsakit ini, kami mendesainnya sedemikian rupa, sesuai dengan konsep boutique hopsital. Tidak seperti rumahsakit umumny, melainkan seperti masuk ke lobi hotel.

 

Betul Prof. Saya merasakan seperti itu. Sama sekali tidak tampak angkernya rumahsakit..

Ya, para dokter juga sepakat untuk tidak mengenakan baju putih.

 

Oh jadi, yang sering bikin angker itu dari seragam putih dan aroma rumahsakit ya. Waduh, ibu hamil bisa takut duluan ya..

Iya betul. Itu kami hindari tuh. Dan pilihan warna pun demikian. Lihat saja di latar belakang saya ini. Ada simbol love dan warna-warna pink. Maksudnya adalah supaya kita ingat 14 Februari lalu itu Valentine Day. Di tempat ini setiap hari adalah hari kasih sayang. Itu motto kami. Ibu hamil datang ke sini, maka Anda akan menemukan everyday is Valentine Day.

 

Peralatan canggih juga sudah mendukung ya Prof.. Apa lagi yang bisa disampaikan ke masyarakat, terutama ibu hamil dan pasangan suami istri yang akan berkunjung ke RSIA ini?

Tentu saja, selain fasilitas medis dan non-medis yang menjadi unggulan tempat ini, kalo Bapak Ibu pernah bertandang ke Kota Baru Parahyangan, maka mereka akan tahu bahwa ini kota satelit mandiri yang menyediakan berbagai fasilitas. Seperti sudah ada IKEA dan sebentar lagi, di kiri dan kanan rumahsakit ini akan ada mall besar yang akan dibangun. Sehingga dengan sekali jalan, semua servis bisa dilayani. Ada pelayaan buat orangtua, suami, anak-anak. Tempat bermain ada di water boom di sebelahnya. Jadi dengan satu kali jalan, bisa membawa seluruh keluarga, suami, istri, anak, sampai orang tua. Bisa belanja, wisata, cek kesehatan, juga kecantikan.

 

Bagaimana dengan akses menuju tempat ini, Prof. Saat ini hanya ada satu transportasi umum yang melayani trayek dari Alun-Alun Bandung sampai IKEA..

Tentu saja kami bekerjasama dengan pemerintah daerah sampai sekarang pun ingin menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Provinsi Jawa Barat. Karena pembangunan di Bandung Barat menjadi prioritas dan ini menjadi semacam unggulan ya. Mengenai transportasi, nantinya dengan salah satu stasiun Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung akan ada di gerbang depan KBP.

 

Dan akan ada shuttle bus yang jalan keliling terus ke dalam sini. Jadi kita bisa menerima pengunjung yang dari Jakarta turun dari stasiun, mereka akan langsung dibawa masuk ke KBP, termasuk berhenti juga di RSIA ini. Mudah-mudahan ini akan sangat membantu para customer di sekitar sini, maupun yang jauh, baik yang menggunakan kereta cepat.

Prof Mose 4.jpg
Achmad Jaelani [RedPel KK] dan Prof Mose, bertemu lagi setelah 20 tahun | @els

 

Terimakasih sekali Prof. Pengunjung bisa mampir ke tempat yang menarik ini. Kita semua berharap, RSIA ini dapat membuat suasana yang baik, sehingga ketika ibu melahirkan di sini dalam kondisi bahagia.

Aamiin. Dan tetap cantik tentu saja [tertawa]. [][HDP/HH/AJ] 

Komentar

Belum ada komentar !

Kirim Komentar

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu