Tue, 14 Oct 2025

Lingkungan, 08 Oct 2025 08:06 - 6 hari yang lalu

Es Bertumbuh di Antartika? Bagaimana di Arktik?

  • Zola

admin

0 suka
6 dilihat
0 komentar
Lingkungan
image
beruang kutub di Arktik - NiseriN/Getty Images/Canva.com

Selama bertahun-tahun, kita akrab dengan berita tentang mencairnya es di kutub akibat pemanasan global. Namun, di antara data pelelehan yang kian mencemaskan, muncul fenomena yang tampak berlawanan arah: di beberapa wilayah Antartika, justru tercatat adanya pertumbuhan es laut. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi di tengah tren pemanasan global yang semakin kuat?

Citra satelit sejak 1979 menunjukkan bahwa total luas es laut Antartika sempat mengalami peningkatan ringan — sekitar 1 persen per dekade — terutama di wilayah Laut Ross dan sebagian pesisir timur benua tersebut. Tren ini berlangsung hingga awal 2010-an sebelum akhirnya kembali menurun dalam beberapa tahun terakhir. NASA mencatat, pada musim dingin, es laut di Antartika cenderung menyebar lebih luas karena tidak terhalang daratan seperti di Arktik, melainkan dikelilingi samudra luas yang memberi ruang ekspansi alami.

Namun, peningkatan ini tidak berarti seluruh benua es membesar. Bagian Barat Antartika justru kehilangan massa dengan cepat akibat mencairnya dasar es dari bawah, dipicu arus laut hangat yang mengikis lapisan bawah rak es. Menurut laporan National Snow and Ice Data Center [NSIDC, 2024], luas maksimum es laut Antartika tahun itu justru menjadi yang kedua terendah dalam catatan satelit. Artinya, ‘pertumbuhan’ yang sempat terjadi hanyalah fluktuasi sementara di tengah tren global yang tetap mengarah ke pelelehan.

Caroline Holmes dari British Antarctic Survey menjelaskan, “Perilaku es laut Antartika tidak bisa dijadikan bukti bahwa pemanasan global berhenti. Ia dipengaruhi oleh kombinasi pola angin, arus laut, dan variabilitas alami yang sangat kompleks.” [Reuters, 2025]. Dengan kata lain, pertumbuhan es di satu wilayah tidak serta-merta meniadakan tren pemanasan di planet secara keseluruhan.

Baca Juga: Cara Bijak Menyikapi Musim Penghujan

Kutub Utara vs Kutub Selatan: Dua Wajah dalam Cermin yang Sama

Jika Antartika menunjukkan pertumbuhan parsial, Arktik justru mengalami kemunduran yang konsisten. Sejak awal abad ke-21, volume dan luas es laut musim panas di Kutub Utara terus menurun tajam. Pemanasan di wilayah ini meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global — sebuah fenomena yang dikenal sebagai Arctic amplification. Dampaknya, pada musim panas, area laut yang dulu tertutup es kini berubah menjadi lautan terbuka yang gelap, mempercepat penyerapan panas matahari dan menciptakan lingkaran umpan balik [positive feedback loop] yang mempercepat pencairan lebih lanjut.

Mark Serreze, direktur National Snow and Ice Data Center, pernah menegaskan bahwa peningkatan es di Antartika tidak membantah pemanasan global, karena “planet ini tidak memanas secara seragam. Arktik memanas jauh lebih cepat, sedangkan Antartika menanggapi perubahan dengan cara yang lebih rumit.” Pernyataan ini menyoroti pentingnya membedakan antara variasi regional dan tren global — dua hal yang sering disalahartikan oleh publik dalam perdebatan iklim.

Maka, ketika satu kutub terlihat “bertambah es”, dan yang lain “kehilangan es”, keduanya bukanlah kontradiksi, melainkan hasil dari sistem Bumi yang dinamis. Sirkulasi atmosfer, perbedaan topografi, dan letak samudra menyebabkan respon termal yang sangat berbeda antara utara dan selatan.

Baca Juga: Kenapa Suhu Bumi Terasa Bertambah Panas?

Meleleh, Mengendap, dan Variabilitas: Menyelami Mekanisme di Balik Dinamika Es

Para ilmuwan kini memahami bahwa pertumbuhan es di beberapa area Antartika justru berasal dari konsekuensi pemanasan itu sendiri. Ketika lembaran es di daratan mencair, air tawar yang mengalir ke laut menciptakan lapisan permukaan yang lebih ringan dan lebih mudah membeku. Selain itu, peningkatan kelembapan udara akibat suhu global yang lebih hangat juga menyebabkan presipitasi [salju] lebih banyak di kawasan kutub selatan, menambah akumulasi massa es di permukaan.

Namun, efek ini bersifat sementara. Ketika pemanasan laut terus meningkat, lapisan air hangat di bawah permukaan berpotensi naik ke atas dan mencairkan es dari bawah. Penelitian di jurnal Nature Climate Change [2023] memperingatkan bahwa jika tren suhu laut global berlanjut seperti saat ini, sistem keseimbangan itu akan runtuh dalam beberapa dekade. Maka, pertumbuhan es yang kita lihat hari ini bisa jadi hanya “nafas pendek” sebelum pelelehan kembali mendominasi.

Dengan demikian, paradoks “es bertambah di era pemanasan global” bukanlah bukti bahwa perubahan iklim tidak terjadi, tetapi justru contoh nyata betapa rumit dan saling terhubungnya sistem iklim Bumi. Seperti kata Holmes [British Antarctic Survey], “Perubahan iklim tidak pernah sederhana — bahkan es pun bisa tumbuh sementara di dunia yang semakin panas.” [][Rommy Rimbarawa/dari berbagai sumber/KK]

Komentar

Belum ada komentar !

Kirim Komentar

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu